jakarta 13 agustus 2008
hujan deras menghantui kota ini dgn badai yg dahsyat membuat smua masyarak tak berani menampak diri, dan memilih melindungi diri di rumah
tapi... , di saat hujan dan badai melanda , di sebuah rumah terjadi perseteruan hebat
di saat pesetruan hebat itu terjadi aku memilih menyendiri di kamar dan menanggis
nyokap dan bokap gw g hentinya melantunkan lagu sakit hati sampai tenggorokanx kering
lalu aku mengambil sebuah tindakan yg paling berani menurutku
aku pun keluar dari markas persembunyianku , dengan mata bengkak
dgn suara lantang aku bernyanyi tanpa hentinya sampai tenggorokanku sakit
hujan dan badai tadi malam pun berlalu , pagi pun menyambutku , dengan mata bengkak
aku segera bergegas kesekolah , dan siap bertemu dgn teman-teman sebayaku
tapi bertemu teman-teman itu hanya mimpi , krna tak ada satu pun yg ingin menjadi temanku
ingin marah rasax tapi tak bisa ku ku keluarkan , hanya hembusan nafas yg bisa ku keluarkan
lonceng tanda masuk kelas pun berbunyi aku masih saja terpaku di taman skolah dengan memangku sebuah laptop kesayangan pemberian kakakku , aku masih sajah terus menulis tanpa peduli waktu dan suara lonceng
aku pun menghirau kan panggilan guruku untuk masuk ke kelas , karna hanya terpaku pada sebuah laptop berwarna hitam , panggilan kedua dari guruku aku masih menghiraukan
tiba-tiba guruku yg bernama bu asih menepuk pundakku dan menyuruhku masuk
aku pun terkaget , tanpa basa-basi aku mematiakn laptopku dan masuk ke kelas
stipa ke sekolah aku tak pernah membawa buku catatan dan buku cetak
aku hanya menggandalkan sebuah laptop hitam yg penuh dgn tempelan stiker cartoon ke sukaanku , pelajaran ke 2 dan 4 berlalu dan lonceng tanda pulang pun berbunyi , smua teman-temanku mengemas barangx yg ada di atas meja , aku masih saja terpaku membisu , menulis sebuah cerita
lalu bu asih menghampiriku dan duduk di samping ku , lalu berkata " hentikanlah smua yg sedang kau lakukan , sekarang udah jam pulang , kemaslah barang yg ada di atas mejamu"
aku pun menegok dan menatap mata bu asih , dan menggelengkan kepala
" tapi shiela ini udah jam pulang!!! " kata bu asih , aku masih sajah menghiraukan semua perkataan bu asih , lalu bu asih mengambil sebuah telpon genggam dan menelpon ayahku
tak lama kemudian ayahku datang , dan menghampiriku lalu membereskan peralatan skolahku
aku pun masih terpaku di depan laptop pemberian kakakku
lalu ayah mendorong kursi rodaku ke luar kelas , aku pun sampai di sebuah pintu , ayahku pun membuka pintu itu dan memindahkan laptop dari pangkuanku lalu menggangkatku masuk ke dalam mobil dan melipat kursi rodaku
sudah selama 3 tahun aku tak bisa berjalan karna sebuah kecelakaan
aku pun duduk di di samping jendela lalu mengambil laptopku dan menulis lagi
aku punya cita-cita menjadi seorang penulis , sudah 5 kali tulisanku ku bawa ke penerbit tapi tak pernah di terima
tapi itu g pernah membuatku menyerah untuk tidak menulis , namun karna tulisanku tak pernah di terima penerbit itu menjadi semagatku untuk menulis lebih banyak novel
mobilku pun berhenti pada sebuah rumah besar dgn fasilitas yg elit , rumah besar itu adalah rmhku , semenjak ayah cerai dgn ibuku aku pun memilih tinggal dgn ayah karna ibuku penghianat , bunda memilih meninggalkan ku dari pada merawatku
siang hari yg panas aku melihat sebuah kertas berwarna merah tua dgn tulisan berwarna perak di dalamx , saat aku membacax ternyata itu undangan pernikahan ibuku , aku pun menjatuhkan kertas itu dan mendorong kursi rodaku masuk ke kamar dgn perasaan tidak percaya aku pun menanggis sampai barang-barang yg ada di atas meja belajarku jatuh...
hari pernikahan bunda pun tiba ayah mengajakku pergi ke perkawinan bunda tapi aku tak mau , ayah terus memaksaku , " shiela kamu harus pergi" kata ayah
dengan wajah murng aku pergi ke rumah bunda menyaksikan sebuah pertunjukan boneka yg tak pernah ku bayangkan , air mataku pun terus jatuh , ayah terus memenggang pundakku
di acara itu aku melihat k'vino dan aku berharap k'vino menyapaku
tapi tidak , saat bunda dan ayah cerai k'vino memilih tinggal bersama bunda ketimbang ayah
sebulan acara itu pun selesai aku meminta ayahku untuk pindah ke bandung di rumah eang
dengan berat hati aku pindah kebandung
pada suatu hari aku melihat sekelompok anak yg ingin belajar tapi sayang orang tuax tak meng izinkan orang tua mereka menganggap skolah itu tak penting
aku pun sedih saat mendengar perkataan orang tua mereka
pagi-pagi buta aku pun bangun dari tidur yg lelap , lalu membangunkan mereka dgn cara memanggil mereka satu-satu ke markasku , sudah 13 tahun rumah pohon itu tak ku tempati
mereka pun datang dgn baju compang camping, saat aku melihat mereka menggenakan baju compang camping semangatku sempat hilang tapi saat melihat senyuman mereka semangatku kembali bangkit
pelajaran di skolah sederhanaku ku pun aku mulai dgn di bantu eang dan dina sepupuku
aku pun mengajar 12 anak di kampung itu
saat aku mengajarkan mereka mengenal abjad aku sedih sedih sekali.... , karna mereka smua tak tau , aku pun tanpa menyerah mengajarkan mereka 15 menit kemudian mereka pun bisa
pelajaran di skolah sederhanaku cuma berlangsung 1 jam , matahari pun terbit mereka bergegas pulang dan kembali kepada pekarjaan mereka masing-masing
sungguh pekerjaan yg melelahkan bagiku , tapi saat aku melihat senyuman mereka rasa capekku pun hilang
selama 3 bulan aku mengajar mereka dan akhirx mereka bisa membaca, menghitung, berbahasa inggris walau pun kacau
tapi.... ada satu yg ku pikirkan , aku mendirikan skolah ini tanpa izin sapa pun..!!
taman terasa indah bila malam hari.. , tapi saat aku menatap ke langit aku melihat asap yg mengepul di langit , dan asap itu berasal dari skolah sederhanaku , aku pun memanggil dina untuk mengatarku ke sana sesampai di sana aku melihat si jago merah melahap habis sekolah sederhanaku aku pun berusaha menyelamatkannya tapi warga yg tinggal di daerah itu tak mau ada sekolah di kampung mereka aku dan dina hanya bisa menanggis , sedangkan muridku yg sudah ku anggap adikku sendiri hanya bisa menanggis dan menjerit " jangan bakar skolah kami , kami butuh pendidikan" tapi jeritan mereka di hiraukan oleh para warga
warga setempat tetap saja membakar sekolah mereka
2 bulan setelah sekolah itu lenyam . aku hanya bisa terdiam dan memandang langit
satu persatu air mataku turun dan berharap aku bisa mendirikan skolah lagi
Minggu, 20 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
FACEBOOK